logo
Back to List
Artikel

Kedamaian Hati

thumbnail

Alkisah disebuah kerajaan, sang Raja mengadakan sebuah sayembara. Dengan hadiah berupa emas yang sangat berharga kepada rakyat yang bisa melukis tentang ‘’kedamaian’’. Saat diumumkan, banyak seniman dan pelukis mencoba mengikuti sayembara dan berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut.

Waktu yang dijanjikan pun tiba, Baginda Raja datng ke tempat para seniman melukis dan berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Di antara sekian banyak lukisan, hanya ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukai beginda raja, yang dianggap mampu mewakili tema tentang kedamaian. Dan sang raja harus memilih satu diantara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian, gunung-gunung menghijau yang menjulang mengitari danau, diatasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arakan. Sungguh lukisan pemandangan alam yang sangat indah. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan tentang kedamaian jiwa bagi yang melihatnya.

Sedangkan lukisan kedua menggambarkan pemandangan pegunungan juga. Namun tampak kasar, gundul, dan gersang. Di atasnya terlukis langit yang gelap dan merah menandakan turunnya badai yang telah mereda. Di sisi gunung, ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sekilas, lukisan itu sama sekali tidak menampakkan ketenangan dan kedamaian. Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik. Dibalik air terjun itu tumbuh semak-semak menghijau diatas sela-sela bebatuan. Dan diantara semak-semak itu, tampak seekor burung induk burung pipit berada diatas sarangnya, sedang mengerami telurnya dan terlihat sebuah kehidupan baru berupa anak burung pipit yang menetas dari pecahan telur. Benar-benar indah dan damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba? Sang Raja memilih lukisan nomor dua sebagai pemenangnya. Banyak orang pun bertanya: mengapa lukisan itu yang di menangkan oleh baginda Raja?

Baginda Raja menjawab dengan lantang, ‘’Lihatlah burung pipit di dalam lukisan ini, mampu menggambarkan sebuah kedamaian, tanggung jawab, dan kehidupan baru. Lihat gambaran situasi alam yang buruk dan tidak mendukung, tetapi ibu  pipit memenuhi segenap tanggung jawabnya, tetap mengerami telurnya hingga menetas.

Rakyatku, kedamaian itu bukan berarti kita harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan, atau pekerjaan yang keras dan sibuk. Kedamaian adalah suasana hati dan pikiran yang tenang dan damai. Meski kita berada di tengah-tengah keributan luar biasa namun tidak dipengaruhi keadaan luar. Kedamaian hati adalah kemampuan menjaga keseimbangan dan kebijaksanaan di segala situasi dan tetap mampu menjalankan tanggung jawab dengan baik.

Semua yang mendengar perkataan Raja pun dengan diam mengangguk-anggukan kepala tanda setuju. Semua tetap merasa damai ditengah kekacauan atau situasi riuh reda memang tidaklah mudah, biasanya kita cenderung larut didalamnya atau mungkin bahkan menjadi kacau, jika hati dan pikiran kita tidak mampu tenang, kitapun akan mudah terhasut, termakan isu-isu negatif dan hidup menjadi taruma. Karenanya, kesempatan kita untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan, mari kita jaga hati kita, pikiran kita, agar selalu tenang dan kehagiaan milik kita selamanya.

Penulis: [Djasarmen Purba, SH- Ketua Umum MUKI]

profil
bayu admin
Published at 11 Apr 2019
Bagikan Artikel facebook-icon facebook-icon
Komentar 0

Artikel Lainnya

thumbnail
Normalisasi, Naturalisasi dan Banjir Jakarta
Jakarta menyambut tahun baru...
Selengkapnya 07 Jan 2020
thumbnail
Sambutan Ketum DPP MUKI pada Webinar: "Menangkal Radikalisme"
YangkamihormatiBapak...
Selengkapnya 05 Mar 2021
thumbnail
KETUM MUKI : Munas MUKI 2021, Menyongsong Era Indonesia Emas 2045
JAKARTA | VOXINPOPUL...
Selengkapnya 02 Jul 2021
thumbnail
Sambutan Ketua Umum DPP MUKI Pada Pendidikan Kader MUKI Angkatan I seri 2
Shalom Peserta Institut Pend...
Selengkapnya 17 Sep 2020