logo
Back to List
Artikel

KPK (Komedi Politik Kita)

thumbnail

Berbicara perihal KPK, tentunya membuat kita memberi perhatian lebih hal ini disebabkan KPK seperti ibarat dokter memberi vonis terhadap seorang pasien akan penyakit yang di deritanya. Pemberitaan KPK perihal penangkapan seperti sama halnya seorang Dokter memvonis pasiennya dengan penyakit Cancer. Tetapi dalam hal ini KPK yang dimaksudkan oleh penulis bukan lah lembaga anti korupsi melainkan KPK yang menjadi singkatan dari Komedi Politik Kita saat ini yang dipertontonkan oleh aktor politik era ini.

Perseteruan dalam politik kita telah usai, rekonsiliasi telah terjadi dan semuanya telah sepakat untuk membangun NKRI, berbagi peran akan dimulai ada yang oposisi dan juga ada yang mempergemuk koalisi, meskipun terkesan ada yang gabung ke pemerintahan saat ini untuk dapat jatah kursi, hal itu merupakan suatu kewajaran untuk eksistensi partai dan juga memperbanyak mobilisasi.

Suhu politik kita memang sempat memanas, hingga puncaknya pada pecahnya kerusuhan di Ibu kota yang menewaskan beberapa orang dan juga terjadi penjarahan serta di sinyalir ada dalang di balik kerusuhan itu sendiri yang menjadi otak penyerangan, tentu hal itu adalah kisah demokrasi kita yang tergolong keras meskipun sebenarnya jalan itu bukanlah sebuah jalan yang baik dan benar tetapi hal tersebut tidak akan pernah dapat luput dari hubungan  persoalan demokrasi kita saat ini.

Tetapi dibalik tingginya tensi politik kita, masih ada saja elit kita yang mampu membuat tertawa terbahak bahak, bahkan kita sering kali lebih memilih melihatnya berbicara dari pada pelawak untuk menghibur, karena memang sering kali pembawannya memberikan ke lucuan. Tidak peduli terhadap argumentasi lawan, yang penting apa yang benar bagi dia di utarakannya, seolah olah berlindung dalam kebebasan berpendapat yang kadang menjadi lupa akan apa yang menjadi topik pembahasan, itulah yang menjadi kebiasaan mereka.

Dua aktor politik kita yang sering sekali memberi argumentasi lucu meskipun sebenarnya di dalamnya ada nuansa satire adalah Adian Napituplu dan juga Arif Puyono, publik tentu sudah akrab dengan nama ini.  Dua sosok ini merupakan politikus yang sering kali berbicara atas nama partai mereka atau lebih tepatnya sering tampil di televisi sebagai porsi mewakili partai.

Perdebatan mereka berdua sering sekali lucu-lucu membuat kita tersipu malu, beginikah kualitas dari elit politik kita? Bagaimana tidak, mereka sering kali berbicara di ruang publik sesuka hatinya saja tanpa mengikuti ritme yang diaturkan oleh pembawa acara, sehingga  memberi kesan kurang baik dalam hal pembahasannya kepada yang menyaksikannya.

Jika kita kembali membongkar isi media  pemuat video seperti you tube dengan konten politik maka Arif Puyono dan Adian adalah dua orang yang sering kali berseberangan terutama dalam perhelatan pilpres kali ini, mungkin masih segar di ingatan kita perihal istilah “siap presiden”  Adian Napitupulu menjadi orang yang pertama mempraktekkannya ke presiden Jokowi, dimana setelah sebelumnya beredar luas di media Prabowo di sambangi kalimat tersebut dari para purnawirawan, yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang memerintahkannya?

Hal ini menjadi sesuatu yang lucu tentunya, selain dari aktor politik kita hadir juga sebagai pengamat Rocky Gerung, pengamat yang terkenal dengan seribu satu cara memenangkan suatu perdebatan meskipun kadang mendapatkan skak dari  lawan bicaranya.  Tetapi meskipun halnya demikian sosok Rocky Gerung hadir sebagai pengamat yang ditunggu publik ternyata karena sebutan “no rocky no party” lepas dari muatan paparan yang menjadi argumentasinya dan juga buku filsafat yang sering sekali menjadi pola landasanyya membuatnya diminati oleh tidak sedikit orang karenanya dengan keunikannya dan gaya retorikanya yang khas.

Sehingga hal ini menjadi seperti dagelan dalam politik kita yang memberi waktu pada wajah  kita tersenyum dan bukan lagi hanya saraf  kita yang selalu tegang. Beberapa hal tersebut yang penulis contohkan adalah bagian dari komunikasi politik kita yang bernuansa komedi, politik itu adalah sewajarnya kegembiran dalam perhelatan, lalu mengapa sampai terjadi kerusuhan dan ketidak terimaan? Kita tunggu saja karena semuanya akan baik-baik saja.

Penulis: Master Batubara

profil
bayu admin
Published at 01 Aug 2019
Bagikan Artikel facebook-icon facebook-icon
Komentar 0

Artikel Lainnya

thumbnail
Pernyataan Sikap Dewan Pimpinan Pusat Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) Tentang Isi Video Ustad Abdul Somad yang berjudul Hukum Melihat Salib
Sukacita dan bahagia sebagai...
Selengkapnya 18 Aug 2019
thumbnail
Terima Kasih DPW Kaltim
Belajar berorganisasi berart...
Selengkapnya 06 Feb 2020
thumbnail
Sambutan Ketum DPP MUKI pada Webinar: "Menangkal Radikalisme"
YangkamihormatiBapak...
Selengkapnya 05 Mar 2021
thumbnail
DPD MUKI Balikpapan Berbagi pada Sesama
Kegiatan MUKI di berbagai da...
Selengkapnya 07 Oct 2020