logo
Back to List
Artikel

Lagu Batak Menembus Batas Etika Adat

thumbnail

Suku Batak adalah salah satu dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia atau tepatnya 1.340 suku (sensus BPS, 2010). Yang masih mempertahankan adat istiadatnya dan bisa dikatakan bahwa kekerabatan dalam Suku Batak adalah yang paling kental dan kuat di antara semua suku-suku yang ada di Indonesia (Rismawati, 2016), dan sebagai orang Batak kita seharusnya bangga dengan budaya ini. Kuatnya kekerabatan di kalangan orang Batak itu ditandai dengan falsafah dan filosofi utama orang Batak, yaitu Dalihan Na Tolu (Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru) yang saling menghormati, menghargai dan menjalin kerjasama.

Adat adalah  gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai budaya, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Selain itu adat merupakan norma hukum yang didukung rasa kemanusiaan yang tinggi. Adat harus ditegakkan dan dijunjung tinggi seperti dalam peri bahasa (Direktorat Jenderal Kebudayaan) : jongjong hau na so sitabaon, peak na so sigulingon artinya berdiri kayu jangan ditebang tumbang pun jangan digulingkan.

Menurut Soekanto, 1990 perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan juga mencakup  segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan. Taylor dalam Soekanto (1996:55), memberikan defenisi bahwa kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan adalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.

Dalam tatanan sosial orang Batak, tentunya etika disebut juga sebagai filsafat moral yang merupakan cabang filsafat dan berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin dan dari etika. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari, dimana ketiga morma ini seharusnya menjadi pijakan hidup dalam nilai sosial budaya orang Batak.

Migrasi Batak ke kota mulai di tahun 1910, tapi setelah Indonesia merdeka migrasi tersebut tambah besar di tahun 50-an. Migrasi ke kota menyebabkan interaksi dengan suku lain di kota-kota Indonesia yang penduduknya sebagian besar beragama non Kristen. Dalam lingkungan multi etnis ini banyak orang Batak ketemu rasa identitas Batak yang menjadi lebih kuat terhadap suku lain. Tetapi banyak pula orang Batak dalam proses menyatukan diri dengan masyarakat Indonesia meninggalkan banyak aspek bahasanya, kebudayaannya, dan tradisinya yang dapat membentuk stratifikasi sosial bagi orang Batak (Mark Kenyton,Universitas Washington Seatle, AS).

Kata orang bahwa untuk mengenal orang Batak “cukup dengarkan lagunya maka kamu akan mengenalnya” ucapan ini dapat dibenarkan walaupun tidak seluruhnya gambaran orang Batak ada pada lagunya, tetapi pada umumnya lagu Batak jaman dulu selalu menyampaikan dan menceritakan kehidupannya sendiri yang tentunya dengan tatanan bahasa yang sangat sopan dan santun. Kita tahu bahwa kata Sopan: adalah hormat, tertib menurut adab yang baik atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Sedangkan kata Santun: adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sopan, sabar; tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan).

Orang Batak dikenal sebagai masyarakat pecinta seni dan musik. Kesenian orang Batak sendiri cukup beragam mulai dari tarian, alat musik dan jenis-jenis nyanian (Yayat Triyati, 2014). Awalnya orang Batak mengenal musik dalam Gondang yang jenisnya dikenal seperti 1). Gondang Napitu, 2. )Gondang Mulajadi, 3). Gondang Pangidoan 4). Gondang ni Naposo Bulung dan 5). Gondang Marmossak. Dalam perkembangannya, margondang (marmusik dohot marende), pada masa sekarang merupakan perkembangan dari cara berpikir masyarakat setelah pengaruh Gereja sudah sangat kuat pada masyarakat Batak khususnya Batak Toba.

Hampir semua suku di Indonesia suka mendengar lagu-lagu Batak, bahkan Negara lainpun menyukai lagu Batak. Saya suka mungkin karena dapat  mengerti apa arti lirik dalam lagunya, tetapi suku dan bangsa lain kenapa suka mendengarkan lagu Batak? tutur bahasa, makna lagu, musik yang kadang campuran antara musik modern dengan tradisional dan nada-nada tinggi yang tidak ada duanya sehingga disukai banyak orang, apalagi dengan suara para Trio atau Group yang sudah tak terhitung jumlahnya (Saroha, 2014).

Contoh yang paling kongkrit adalah munculnya pengarang lagu seperti Nahum Situmorang yang seolah-olah ingin menyampaikan perjalanan hidup, cita-cita dan falsafah hidup orang Batak dengan sopan dan santun. Masih bisa kita dengar lagu ciptaannya seperti “Marragam-ragam, Alusi Au, Lissoi, Anakhon Hi do Hamoraon di Ahu, dsb”, (lagu yang sarat dengan pesan dan nilai kehidupan)  dan masih banyak lagi lagu yang dapat menggambarkan potret orang Batak yang pada umumnya diciptakan berdasarkan alur kehidupan sendiri.

Pada tahun 1950-an, Gordon Tobing telah keliling Dunia mempopulerkan lagu-lagu Batak seperti “Tao Na Tio, Sing Sing So dan Luat Pahae” yang kemudian mendirikan “Group Impola” tahun 1960-an. Dari Group Impola, sang maestro lagu Batak ini mengorbitkan nama-nama besar seperti Koes Hendratmo dan Hakim Tobing. Kemudian Group “Solu Bolon” yang salah satu anggotanya adalah J. Pardosi. Kemudian ada Group “Parisma 71” dengan lagu yang terkenal “Aek Sibundong” oleh AP. Sihite.  Munculnya Nahum Situmorang sebagai pencipta lagu Batak, telah meng-inspirasi banyak orang Batak untuk mencipta lagu, satu nama  yang sampai saat ini masih mencipta yaitu Dakka Hutagalung yang dimulai pada tahun 1970-an. Dakka Hutagalung merupakan salah satu personil Trio Golden Heartyang menciptakan lagu Didia Rokkap Hi dan Dang Turpukta Hamoraon, kemudian lagu Indonesia Dia dan Dia, Tembang Rindu dan juga lagu rohani yang sangat menyentuh hati dengan judul “Ho Do Rajakku”.

Seiring perkembangan zaman, lagu-lagu Batak sekarang sudah semakin jauh dari kata “seribu pesan yang didasari falsafat dan etika selaku suku pemegang teguh adatistiadat”. Sekarang yangjadi trend adalah menjual ruang privat yang dibuat menjadi lagu dan digandrungi oleh kelompok stratifikasi. Menurut (Mulyadi Wahyono, 2010) ruang privat adalah ruang pribadi dimana individu berhak bebas melakukan apa yang menjadi hak asasinya secara pribadi terlepas dari intervensi atau pengaruh pihak-pihak lain diluar individu tersebut. Dalam ruang privat ini persoalan rasa dan etika menjadi dua hal yang cukup krusial yang semestinya hanya untuk konsumsi si pengarang atau yang menyayikan lagu itu sendiri.

Etika dan moral pada umumnya berkaitan dengan nilai baik dan buruk, benar dan salah. Etika merupakan dasar dari terbentuknya moral suatu masyarakat. Tanpa adanya etika maka moral masyarakat tidak terbentuk. Etika yang berasal dari akal pikiran menjadi dasar untuk menerima suatu kebiasaan atau nilai yang muncul baik atau buruk (Clevia Levana Herryawan, 2017). Dalam sikap dan tutur kata bahasa adalah cerminan utama kelompok-kelompok budaya karena bahasa merupakan sarana penting yang dipakai anggota-anggota masyarakat untuk berkomunikasi satu sama lain (Muhammad Adila Yusuf, 2017). Sebagai suatu subyek, etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control", karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial itu sendiri. Etika dan moral tidak terlepas dari tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, dalam hal persahabatan, serta hubungan berbangsa dan bernegara. Sejatinya “etika moral” bukan suatu kata yang memiliki satu arti. “Etika Moral” berasal dari penggabungan dua kata yang berbeda, yaitu etika dan moral yang keduanya memiliki arti yang berbeda (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki,2010) :

Ethics involves the study of moral issues and choices. It is concerned with right versus wrong, good versus bad, and the many shades of gray supposedly black-and white issues. Moral implication spring from virtually every decussion, both on and of the job.

Etika seseorang tercermin dalam perilaku menyikapi lingkungan sesuai dengan norma masyarakat yang berlaku. Ada orang Batak kota yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai upacara. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang adakalanya melawan estetis tradisi. Identifikasi dengan nilai-nilai mengenai kemoderenan, kemajuan, pendidikan dan kemakmuran sering diekspresikan dengan afinitas(ketertarikan) kepada apa yang dianggap moderen. Misalnya sekarang di pesta atau upacara seolah-olah musik grup keyboard yang main poco-poco lebih laris dan dihargai daripada musik gondang yang lama punya peran yang sangat penting dalam upacara adat. Pesta kawin yang moderen tidak lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau musik tiup yang main lagu pop batak atau pop barat, sebaliknya mungkin ansambel musik gondang dianggap kampungan oleh orang kota dan kecenderungan mengindentifikasi dengan modernitas bahwa itu tidak salah.

Sekarang ini, nilai budaya orang Batak dilihat dari sudut pandang seni menyanyi, sudah jauh bergeser dengan munculnya ciptaan lagu yang sarat dengan kata-kata kurang sopan dan santun. Saya katakan bahwa “lagu batak menembus batas etika adat”karena lagunya sudah tidak menggambarkan nilai dan esensi dari adat istiadat orang Batak, dimana orang Batak 100 % hidup, besar dan kuat oleh karena menghargai adat seperti yang sudah saya jelaskan diatas.

Contoh yang paling mudah kita lihat ada dalam Lagu “DONNA” yang makna dan tujuan lagunya kurang jelas dan tidak paham, seperti dalam penggalan lirik lagu di bawah ini:

donna tarida kolorna tikki marampera

dibereng bapak na

donna tarida kolorna tikki marampera

dibereng bapak na

Kolor artinya celana dalam (maaf) dan itu hal yang sangat pribadi karena menjadi privasi seseorang yang tidak perlu diumbar apalagi dengan lagu (Gayatri Mantra, 2011), yang dapat menjurus kesusilaan immoral, dan kita harus ingat bahwa suku Batak bukan tinggal di Amerika atau Eropa yang terkenal dengan kebebasannya.

Kemudian ada lagu “ORANG KETIGA” dimana lagu ini seolah-olah hanya dengan meminta maaf dapat melakukan hal yang sangat tabu dalam kehidupan orang Batak. Lirik lagu “orang ketiga” di reff....seperti dibawah ini:

Huboto do salah

Dang seharus na au selingkuh tu ho

Alai demi cinta

Olo do au mandongani ho

Rela do au hallet mu Gabe orang ketiga

Lagu ini punya makna yang begitu fulgar tentang hubungan bukan sekedar pertemanan, dan saya mengistilahkan sebagai transformasi budaya yang dapat mendegradasi nilai-nilai budaya lokal khususnya budaya Batak. Lebih kongkritnya bahwa pengarang ingin memberitahu bahwa dia telah melakukan hal yang tabu dalam komunitas adat Batak yang semestinya hanya mereka saja yang boleh mengetahuinya.

Ketika saya sekolah di SDN 01, Kota Pematang Siantar tahun 60an, saya berteman dengan seorang cowok namanya si Martua Lumban Gaol. Kami satu kelas dan akrab karena tetanggaan. Lalu suatu ketika saya di ejek oleh teman dengan kata-kata “hallet mu si Martua”, maka yang terjadi saya malu dan marah dengan kata “hallet mu”. Mungkin kalau teman saya mengatakan “kamu di cari si Martua”, saya tidak akan emosi dan tidak perlu malu. Kata “hallet”(pacar) telah membawa saya pada pemikiran akan menyempitnya interaksi sosial khususnya kepada orang tua, maupun teman. Bisa saja setiap hari anak-anak disekolah ketularan dengan kata “hallet” dijadikan bahan bullying (ejekan) kapada saya dan akan sampai ke Guru yang kita sangat hormati. Hal ini sangat tabu pada zamannya (kuatnya adat) ditambah dalam ajaran orang kristen pun mulai dari Kitab Kejadian sampai Wahyu, tidak pernah ditemukan tentang arti kata “marhallet” (pacaran), walaupun beberapa orang menyebut bahwa pacaran adalah sebuah proses sebelum menuju atau memasuki jenjang pernikahan. Faktanya, Alkitab tidak pernah menuliskan tentang kata “pacaran”. (Binus, 2016). Namun, Alkitab menuliskan sebuah ulasan tentang persahabatan. Dalam persahabatan, kita bisa mengasihi dan bisa juga bersahabat dengan seorang pria atau wanita. Tidak jarang dari persahabatan muncul rasa suka, tertarik, dan menyayangi sahabat dengan lawan jenis. Agama sangat mempengaruhi perilaku adat istiadat dan inilah yang menjadikan saya agak aneh, malu dan emosi saat itu.

Sekarang kata “hallet” bahkan kata “selingkuh” (mohon maaf hanya menyadur liriknya) telah masuk dalam kehidupan orang Batak melalui penciptaan lagu. Luar biasa respon orang yang mendengarkan bahkan anak SD pun telah ikut serta menyanyikan dengan menghayati lagu “orang ketiga, donna, dan lain-lain”Saya mendefinisikan selingkuh sebagai tindakan yang melanggar kesepakatan implisit atau eksplisit antara dua orang, sehingga merusak hubungan. Tindakannya mungkin bersifat fisik atau emosional. Ketidakjujuran sering terjadi tapi yang pasti tidak selalu menjadi bagian dari perselingkuhan. Bagi sebagian besar pasangan, perselingkuhan menandakan sebuah krisis moral dan mereka menjadi kacau dengan emosi dan cukup berdaulat. Peliharalah identitas suku Batak dengan menjaga dan melestarikan budayanya.

* Rumbung Pasaribu, SH., MH adalah Sekretaris DPW MUKI DKI Jakarta, Pembina  Aliansi Pemberdayaan Generasi Muda  (APGM), Sekjen Forum Penyuluh Narkotika Nasional (FPNN) dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular

Penulis: [Rumbung Pasaribu, SH., MH.]

profil
bayu admin
Published at 15 Mar 2019
Bagikan Artikel facebook-icon facebook-icon
Komentar 0

Artikel Lainnya

thumbnail
Keranjang Arang & Kitab Suci
Seorang kakek hidup di suatu...
Selengkapnya 18 Feb 2019
thumbnail
MUKI Itu Ormas Umat Kristen
MUKI atau Majelis Umat Krist...
Selengkapnya 10 Feb 2020
thumbnail
Himbauan
Shalom dan Selamat Pagi...
Selengkapnya 25 Mar 2020
thumbnail
Surat kepada Presiden RI: MUKI Minta Presiden Menindak Tegas Oknum Persekusi Penutupan Gereja di Jabar dan Daerah lainnya
Salam Sejahtera Bapak Presid...
Selengkapnya 28 Sep 2020